Minggu, 07 Juli 2013

Penyapu Masjid



Oleh: Muhammad Syamlan


Perempuan hitam yang biasa menyapu masjid itu meninggal dunia. Nabi saw tidak diberi tahu oleh para sahabat akan kematiannya.

Maka, saat Nabi masuk masjid dan tidak melihatnya, beliau bertanya tentang perempuan itu, "Di mana dia dan apa kabarnya?" Para sahabat baru menyampaikan bahwa ia telah meninggal dunia.

Ada kesan para sahabat menganggap kecil urusan tersebut sehingga merasa tak perlu mengabarkannya kepada Nabi.

Nabi (marah seraya) berkata, "Mengapa kalian tidak memberitahukan hal itu kepadaku? Tunjukkan di mana kuburannnya!" Lalu, Nabi pun mendatangi kuburannya dan shalat (jenazah) di atasnya.

Kisah di atas disebutkan dalam kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim, dan kitab-kitab hadis lainya. Maka, kisah di atas adalah sahih, tak ada keraguan.

Dalam riwayat Baihaqi, perempuan itu bernama Ummu Mihjan. (Lihat: Subulus Salaam). Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kisah tersebut. Pertama, betapa besar kecintaan dan perhatian Nabi terhadap umatnya.

Nabi sangat mencintai dan memperhatikan umatnya, baik laki-laki maupun perempuan, yang kaya maupun yang miskin, yang putih maupun yang hitam, dan yang tua maupun yang muda. (Baca QS at-Taubah: 128).

Kedua, pemimpin itu tidak hanya memperhatikan umatnya dari sisi urusan dunia, tapi juga yang lebih penting adalah urusan akhiratnya. (Lihat QS at-Tahrim: 6, al-Hajj: 41).

Ketiga, pentingnya shalat jenazah. Karena itu, boleh shalat jenazah di atas kuburan terkhusus bagi yang belum menshalatinya (Lihat: Syarh Shahih Muslim, Imam Nawawi).

Keempat, Islam tidak mengklasifikasikan manusia atas dasar status sosial, ekonomi, warna kulit, dan keturunan. Meski tukang sapu, hitam warna kulitnya, dan miskin, bila ia termasuk orang-orang yang bertakwa maka mulialah ia (Baca: QS al-Hujurat: 13).

Kelima, tidak boleh meremehkan orang lain karena kondisi keduniaannya. Nabi segera meluruskan sikap para sahabat yang ada kesan meremehkan urusan perempuan tukang sapu itu. Meremehkan seseorang bisa mengakibatkan kesombongan.

Keenam, keutamaan tawadhu. Orang yang mulia bukanlah orang tinggi hati dan meremehkan orang lain. Sebaliknya, yaitu orang yang rendah hati dan suka menghormati orang lain.

Cari di dunia ini kalau ada pemimpin yang mau menshalati jenazah seorang perempuan miskin tukang sapu di atas kuburannya selain Nabi Muhammad. Betapa rendah hatinya Nabi Muhammad ini. Semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepadamu ya Rasulallah.

Ketujuh, besarnya keutamaan orang yang memakmurkan masjid, baik laki-laki maupun perempuan. Kalau tukang sapunya saja sedemikian sangat dimuliakan hingga Nabi harus mencari kuburannya dan shalat (jenazah) di atas kuburannya, tentu mulia pula siapa saja yang memiliki peran yang sangat baik terhadap masjid.

Nabi bersabda, "Kalau kamu melihat ada orang yang suka ke masjid-masjid, saksikan bahwa ia benar-benar beriman." (HR Tirmidzi). Bukan hanya itu, bahkan setiap langkah kaki orang yang menuju masjid semuanya bisa menghapus dosa dan mengangkat derajat.

Isra Mi'raj pun yang kita yakini sebagai mukjizat agung Nabi Muhammad ternyata tidak lain dan tidak bukan adalah merupakan perjalanan dari masjid ke masjid dan kembali lagi ke masjid.

Nabi berangkat dari Masjidil Haram, lalu ke Masjidil Aqsha, dan terus ke langit singgah di Baitul Makmur masjidnya para malaikat, lalu naik dan terus turun kembali ke Masjidil Haram.

Maka, siapa saja yang memakmurkan dan memiliki perhatian yang sangat besar terhadap masjid niscaya dimuliakan oleh Allah SWT. Wallahu waliyuttaufiiq.


-------------------
Sumber

Belajar Memaafkan dari Buya Hamka




Oleh: Artawijaya


"Janganlah pandang hina musuhmu, karena jika ia menghinamu, itu ujian tersendiri bagimu.."(Syair Imam Syafi'i)


HAJI Abdul Malik Karim Amrullah atau bisa dikenal dengan Buya Hamka adalah ulama besar yang meninggalkan jejak kebaikan bagi umat dan bangsa ini. Semasa hidup, ulama kelahiran Maninjau, Sumatera Barat, 17 Februari 1908, ini dikenal sebagai sosok ulama yang santun dalam bermuamalah, namun tegas dalam akidah. "Kita sebagai ulama telah menjual diri kita kepada Allah, tidak bisa dijual lagi kepada pihak manapun,"demikian tegasnya ketika dilantik sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Hamka salah seorang ulama yang mendapat gelar Doktor Honouris Causa dari Universitas Al-Azhar, Mesir, karena kiprah dakwahnya dalam membina umat. Ia dikenal dengan fatwanya ketika menjabat sebagai Ketua MUI, yang mengeluarkan fatwa haram bagi umat untuk Islam mengikuti "Perayaan Natal Bersama". Ia juga yang menolak undangan untuk bertemu Paus, pemimpin Katholik dunia, ketika datang berkunjung ke Istana Negara pada masa Presiden Soeharto. Dengan tegas, Buya Hamka mengatakan perihal penolakannya bertemu Paus tersebut, "Bagaimana saya bisa bersilaturrahmi dengan beliau, sedangkan umat Islam dengan berbagai cara, bujukan dan rayuan, uang, beras, dimurtadkan oleh perintahnya?"

Demikian ketegasan Buya Hamka dalam soal akidah. Namun dalam bermuamalah, ia  santun dan lembut, sikapnya mencerminkan pribadinya. Ia sosok pemaaf, tak pernah menaruh dendam...

Baru-baru ini, anak kelima dari Buya Hamka, Irfan Hamka, merilis ulang sebuah buku yang menggambarkan tentang sosok dan pribadi ulama tersebut. Buku berjudul "Ayah" itu menceritakan pengalaman hidup Irfan Hamka bersama sang ayah, dan suka duka perjalanan hidup ayah tercintanya, baik sebagai tokoh agama, politisi, sastrawan, dan kepala rumah tangga. Sebelumnya, putra kedua Buya Hamka, Rusjdi Hamka, juga pernah menulis buku yang mengisahkan tentang sosok sang ayah, yang berjudul "Pribadi dan Martabat Buya Hamka."

Ada hal menarik yang diceritakan dalam buku "Ayah" tersebut. Terutama tentang bagaimana sosok pribadi Buya Hamka ketika menghadapi orang-orang yang pernah memfitnah, membenci, dan memusuhinya. Sebagai ulama yang teguh pendirian, tentu ada pihak yang tak suka dengan sikapnya. Irfan Hamka menceritakan bagaimana sikap Buya Hamka terhadap tiga orang tokoh yang dulu pernah berseberangan secara ideologi, memusuhi, membenci, bahkan memfitnahnya. Ketiga tokoh tersebut adalah Soekarno (Presiden Pertama RI), Mohammad Yamin (tokoh perumus lambang dan dasar negara), dan Pramoedya Ananta Toer (Budayawan Lekra/Lembaga Kebudayaan Rakyat, organisasi seni dan budaya yang berafiliasi pada Partai Komunis Indonesia).

Betapapun ketiga tokoh itu membenci dan memusuhi Buya Hamka, namun akhir dari kesudahan hidupnya mereka justru begitu menghormati dan menghargai pribadi dan martabat Buya Hamka.

Soekarno ketika menjabat sebagai Presiden RI dan memaksakan ideologi Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis), menahan Buya Hamka selama dua tahun empat  bulan dengan tuduhan yang tidak main-main: terlibat dalam rencana pembunuhan Presiden Soekarno. Pada 28 Agustus 1964, Buya Hamka ditangkap dan dijerat dengan tuduhan melanggar Undang-Undang Anti Subversif Pempres No.11. Hamka ditahan tanpa proses persidangan dan tanpa diberikan hak sedikitpun untuk melakukan pembelaaan. Tak hanya itu, buku-buku karyanya pun bahkan dilarang untuk diedarkan. Hamka dijebloskan ke penjara, diperlakukan bak penjahat yang mengancam negara. Begitu zalimnya sikap Soekarno terhadap ulama tersebut.

Namun apa yang terjadi, setelah bebas dari penjara, dan Buya Hamka sudah mulai beraktivitas kembali, sementara kekuasaan Soekarno sudah terjungkal, peristiwa mengharukan terjadi. Soekarno yang mulai hidup terasing dan sakit-sakitan, di akhir hayatnya kemudian menitipkan pesan kepada orang yang dulu pernah dizaliminya. Pesan tersebut disampaikan kepada Buya Hamka lewat ajudan Presiden Soeharto, Mayjen Soeryo, pada 16 Juni 1970. Isi pesan tersebut berbunyi, "Bila aku mati kelak, minta kesediaan Hamka untuk menjadi imam shalat jenazahku.."

Hamka terkejut, pesan tersebut ternyata datang seiring dengan kabar kematian Soekarno. Tanpa pikir panjang, ia kemudian melayat ke Wisma Yaso, tempat jenazah Bung Karno disemayamkan. Sesuai wasiat Soekarno, Buya Hamka pun memimpin shalat jenazah tokoh yang pernah menjebloskannya ke penjara itu. Dengan ikhlas ia menunaikan wasiat itu, mereka yang hadir pun terharu. Lalu, apakah Buya Hamka tidak menaruh dendam pada Soekarno. Dengan ketulusan ia mengatakan, "Saya tidak pernah dendam kepada orang yang pernah menyakiti saya. Dendam itu termasuk dosa. Selama dua tahun empat bulan saya ditahan, saya merasa itu semua merupakan anugerah yang tiada terhingga dari Allah kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan kitab tafsir Al-Qur'an 30 juz. Bila bukan dalam tahanan, tidak mungkin ada waktu saya untuk menyelesaikan pekerjaan itu..."

Peristiwa mengharukan tentang kebesaran jiwa Buya Hamka dalam memaafkan orang-orang yang pernah membencinya adalah terkait dengan kematian Mohammad Yamin, salah seorang founding father negeri ini, tokoh kebangsaan yang juga termasuk perumus dasar dan lambang negara. Meski berasal dari Sumatera Barat, namun Yamin adalah produk pendidikan sekular. Ia aktif di Jong Sumatranen Bond (Ikatan Pemuda Sumatra) yang bercorak kesukuaan dan sekular. Ia juga menjadi anggota Gerakan Theosofi, sebuah organisasi kebatinan yang juga mengedepankan sekularisme dan paham kebangsaan.

Mohammad Yamin begitu membenci Buya Hamka karena perbedaan ideologi. Ia aktif di Partai Nasionalis Indonesia (PNI), sedangkan Buya Hamka aktif di Partai Masyumi. PNI menginginkan Pancasila sebagai dasar negara, sementara Partai Masyumi berpegang teguh pada sikap ingin menjadikan Islam sebagai dasar negara.  Kebencian Yamin tersulut, ketika dalam Sidang Majelis Konstituante, dengan lantang Buya Hamka berpidato dan mengatakan, "Bila negara kita ini mengambil dasar negara berdasarkan Pancasila, sama saja kita menuju jalan ke neraka!"

Pidato Buya Hamka yang tegas tersebut kemudian menyulut kebencian Mohammad Yamin. Ia menyuarakan kebenciannya kepada Hamka dalam berbagai kesempatan, baik ketika dalam ruang Sidang Konstituante, ataupun dalam berbagai acara dan seminar. "Rupanya bukan saja wajahnya yang memperlihatkan kebencian kepada saya, hati nuraninya pun ikut membeci saya," begitu kata Buya Hamka.

Tahun 1962, Mohammad Yamin jatuh sakit dan dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat. Buya Hamka memantau perkembangannya lewat radio dan media massa cetak. Hingga tiba pada suatu hari, Chaerul Saleh, menteri di kabinet Soeharto menelponnya dan ingin menyampaikan kabar mengenai kesehatan Mohammad Yamin. Chaerul Saleh kemudian menagatakan kepada Hamka, "Buya, saya membawa pesan dari Pak Yamin. Beliau sakit sangat parah. Sudah berhari-hari dirawat. Saya sengaja menemui Buya untuk menyampaikan pesan dari Pak Yamin, mungkin merupakan pesan terakhir beliau," ujarnya.

Hamka yang tertegun kemudian bertanya, "Apa pesannya?" Sang menteri itu kemudian mengatakan,"Pak Yamin berpesan agar saya menjemput Buya ke rumah sakit. Beliau ingin menjelang ajalnya, Buya dapat mendampinginya. Saat ini, pak Yamin dalam keadaan sekarat,"terangnya. Selain itu, kata sang menteri, "Beliau mengharapkan sekali, Buya bisa menemaninya sampai ke dekat liang lahatnya." Kepada Buya Hamka, Menteri Chaerul Saleh itu juga mengatakan, Yamin khawatir, masyarakat Talawi, Sumatera Barat, tempatnya berasal, tidak berkenan menerima jenazahnya.

Mendengar penuturan Chaerul Saleh, saat itu juga Buya Hamka kemudian minta diantar ke RSPAD, tempat Yamin terbaring sakit. Melihat kedatangan Hamka, Yamin yang tergolek lemah kemudian melamabaikan tangan. Hamka mendekatinya, kemudian menjabat hangat tangannya. Yamin memegang erat tokoh yang dulu pernah dimusuhinya itu. Sementara Hamka terus membisikan ke telinga Yamin surat Al-Fatihah dan kalimat tauhid, "Laa ilaaha illallah."  Dengan suara lirih, Yamin mengikuti. Namun tak berapa lama, tangannya terasa dingin, kemudian terlepas dari genggaman Buya Hamka.

Mohammad Yamin menghembuskan nafas terakhirnya disamping sosok yang dulu menjadi seterunya. Di akhir hayat, tangan keduanya berpegangan erat, seolah ingin menghapuskan segala sengketa yang pernah ada. Orang yang hadir ketika itu mungkin terlibat dalam keharuan yang sangat. Memenuhi wasiat Yamin, Hamka pun kemudian turut mengantar jenazah salah seorang tokoh nasional itu sampai ke pembaringan terakhirnya.

Cerita terakhir adalah tentang Buya Hamka dan Pramoedya Ananta Toer. Keduanya berseberangan secara ideologi. Pram, sapaan akrab sastrawan itu, menyuarakan aspirasi kaum kiri dan aktif di Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) yang dekat dengan PKI. Lewat rubrik Lentera di Surat Kabar Bintang Timoer, Pram dan kawan-kawannya tak henti-hentinya menyerang Hamka. Karya-karya novel Hamka dituding sebagai plagiat, pribadinya diserang sedemikian rupa. Fitnah dan penghinaan itu tak lain adalah karena Buya Hamka adalah seorang sastrawan yang anti Komunis, tokoh Muhammadiyah dan Masyumi.

Namun takdir perseteruan itu menemukan jalan ceritanya yang sungguh mengharukan. Suatu ketika, Astuti, putri Pramoedya mengutarakan keinginannya untuk menikah. Ia sudah menentukan calon pendamping bernama Daniel Setiawan. Pram tentu bersenang hati atas keinginan anaknya tersebut. Namun ada satu ganjalan di hatinya, sang calon menantu yang berasal dari peranakan etnis Tionghoa, ternyata berlainan keyakinan dengan putrinya. "Saya tidak rela anak saya kawin dengan orang yang secara kultur dan agama berbeda," demikian ujar Pram, sebagaimana disampaikannya kepada Dr. Hoedaifah Koeddah, dokter yang mengobatinya dan dekat dengan keluarganya.

Singkat cerita, Pram kemudian meminta putri dan calon menantunya itu untuk datang menemui Buya Hamka, sosok ulama yang menjadi seterunya. Ia meminta calon menantunya itu untuk belajar Islam kepada Hamka. "Saya lebih mantap mengirimkan calon menantuku untuk diislamkan dan belajar agama pada Hamka, meski kami berbeda paham politik," demikian Pram menjelaskan.

Bersama Astuti, sang calon menantu Pram itu kemudian mendatangi kediaman Buya Hamka. Ia menceritakan maksud kedatangan, agar Buya bersedia mengajarkan kekasihnya itu ajaran-ajaran Islam. Setelah itu, ia memperkenalkan diri sebagai anak dari Pramoedya Ananta Toer. Buya Hamka tertegun sejenak, raut wajahnya seperti ingin meneteskan air mata. Ia kemudian dengan ikhlas membimbing sejoli itu untuk belajar Islam. Tak lupa pula, ia menitipkan salam untuk ayah sang putri itu. Suasana begitu haru.

Astuti, putri Pramoedya itu tak menyangka, sosok yang dulu begitu dibenci oleh ayahnya, ternyata adalah lelaki yang bersahaja dan berlapang dada. Ia sungguh terharu, dan berterimakasih bisa diterima untuk menimba ilmu agama. Mereka kemudian larut dalam kehangatan dan melupakan segala dendam.

Begitulah sosok Buya Hamka. Ulama yang tegas dan bersahaja. Lelaki yang tak pernah memelihara dendam dalam hatinya, meski musuh yang begitu membencinya sudah tak berdaya. Ia berjiwa besar, berlapang dada, dan menganggap segala kebencian bisa sirna dengan saling memaafkan dan menebarkan cinta. Keteladanannya kini, tetap bersinar seperti mutiara...

Penulis adalah editor Pustaka Al-Kautsar dan dosen STID Mohammad Natsir

-------------------
Sumber

Kisah Mertua & Menantu


Seorang ibu tersenyum kepada istri anaknya setelah berlalu bulan madu keduanya.
Dia berkata, "Engkau telah membuat putraku rajin shalat ke masjid. Engkau berhasil dalam waktu 30 hari saja, padahal aku telah berusaha menasihatinya selama 30 tahun!"

Menantu itupun mengalirkan air mata.

Menantu itu berkata, "Apakah anda telah mengetahui wahai ibuku, kisah tentang batu dan harta?

Dikisahkan bahwasana ada sebuah batu besar yang menghalangi jalannya manusia.  Maka seorang laki-laki dengan sukarela berusaha memecahkan batu itu dan menyingkirkannya. Dia memukul batu itu dengan kapak hingga 99 kali, tapi batu itu tidak bergeming. Dia sangat kelelahan.

Ketika itu datanglah seorang laki-laki dan menawarkan bantuan. Dia memukul batu besar itu dengan kapak dengan sekali pukulan, tiba-tiba batu itu pun pecah!

Ternyata di bawah batu itu terdapat sekantung emas.

Berkatalah laki-laki kedua ini, "Emas ini adalah milikku, karena akulah yang telah memecahkan batu ini!"
Keduanya pun mencari keadilan kepada hakim.

Orang yang bertama berkata, "Hendaknya sebagian harta itu diberikan kepadaku, karena aku telah memukul batu itu sebanyak 99 pukulan, kemudian aku sampai keleahan!"

Laki-laki kedua berkata, "Tidak, harta itu adalah milikku seluruhnya, karena akulah yang memecahkan batu itu!"

Hakim itu berkata, "Engkau wahai laki-laki yang pertama, engkau mendapatkan 99 bagian dari harta ini, adapun engkau laki-laki yang memecahkan batu, bagimu satu bagian saja, seandainya laki-laki pertama ini tidak memukulnya sampai 99 kali maka batu itu tidak akan pecah pada pukulan ke 100!"

Sungguh . di dalam kisah ini terdapat pelajaran akhlaq yang agung.

1. Seorang ibu, seorang ibu yang telah berusaha menasihati putranya untuk shalat selama 30 tahun tanpa putus asa, kemudian dia merasa gembira dengan anaknya yang shalat karena pengaruh dari istrinya, meskipun anaknya itu tidak memedulikan nasihat ibunya selama 30 tahun!

2. Mmenantu yang agung akhlaqnya! Dia tidak menyematkan keutamaan kepada dirinya, bahkan dia menjadikan keutamaan itu sepenuhnya milik ibu tersebut, karena ibu itu telah meletakkan asas kepada anaknya, satu demi satu. hingga tersisa satu bagian terakhir, yang disempurnakan oleh dirinya.

Sudahkah anda demikian.

Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik di antara kalian kepada keluargaku"

Prof DR. Ashim al-Qaryuthi

Courtesy Ustadz Fathi Jawas


-------------------
Sumber

Kisah Kakek Sholeh yang Terlupa


Seorang sahabat bernama Davy bertutur kepada saya tentang pengalaman hidupnya. Beliau yang berprofesi sebagai presenter, artis dan publik figur sering mendapat undangan untuk menghadiri. Dalam sebuah perjalanan bersamanya, saya mendapatkan kisah ini

26 Desember 2004 adalah tanggal yang takkan terlupa bagi rakyat Indonesia, khususnya Aceh. Allah Swt telah memberikan sebuah peringatan hebat dengan datangnya musibah Tsunami. Sebuah hikmah yang diambil oleh kita bersama adalah bahwa Tsunami telah mengingatkan kita semua yang tadinya. Serta-merta kita semua menyebut dan mengagungkan nama Allah Swt saat menyaksikan kebesaran-Nya lewat musibah Tsunami.

Ya, kita semua terlupa untuk membesarkan nama-Nya. Hingga Dia Swt paksa kita untuk meneriakkan nama-Nya. meski dengan pekik tangis, erangan bahkan jeritan dari setiap mulut baik yang terkena musibah tersebut atau yang menyaksikan. Dia Swt jg tumbuhkan rasa simpati dan empati mendalam pada diri kita terhadap saudara-saudara kita yang menjadi korban di sana. Hingga entah berapa milyar atau trilyun rupiah dana digalang dr dlm maupun luar negeri untuk membantu saudara-saudara di sana.

Davy bercerita bhw ia diundang ke sebuah desa di Aceh untuk menghadiri acara syukuran. Alhamdulillah sebuah desa sudah berhasil dibangun kembali dari hasil kerjasama semua pihak. Dalam acara perayaan syukuran itu tidak hanya orang aceh saja yang hadir., namun beberapa orang dari dalam dan luar negeri terlihat turut hadir dan bergembira atas desa yang berhasil dibangun kembali.

Saat acara formal sudah selesai dihelat, kini giliran acara hiburan yang ditunggu-tunggu. Salah satu performance andalan masyarakat desa tersebut adalah penampilan seorang gadis Aceh asli yg akan menyanyikan sebuah lagu berbahasa Inggris. Gadis itu tanpa rasa sungkan dan ragu tampil ke muka. Gaya dan mimiknya begitu ceria, seolah menggambarkan bahwa ia dan rakyat Aceh tidak lagi bersedih.

Ia menyanyikan sebuah lagu tahun 80-an berjudul My Bonny, dengan fasih gadis itu melantunkan. My bonny is over the ocean..My bonny is over the sea.My bonny is over the ocean.O bring back my bonny to me. Penampilan gadis itu sungguh memukau.  Ratusan orang yang hadir memberikan applause, bahkan tidak jarang yang berdiri memberi penghormatan.

Hingga saatnya ada seorang 'bule' tampil ke muka dan datang menghampiri gadis tersebut di atas panggung. Pria bule itu menyalami si gadis kecil sambil bertanya pertanyaan sederhana dalam bhs Inggris, "O my dear, what is your name?"Mendapati pertanyaan itu sang gadis kecil terdiam membisu. Ia tak mampu menjawabnya, malah ia menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Dengan mulut tertutup ia hanya bisa menjawab, "Mmmmmm...!"

Sang pria bule penasaran, ia melontarkan satu pertanyaan kembali, "O my sweetheart, do you live here?" Lagi-lagi gadis tersebut tidak menjawab pertanyaan pria bule itu kecuali hanya dengan menggelengkan kepala sambil menjawab, "Mmmmm.." Melihat kejadian itu kontan seluruh hadirin tertawa. Mereka kini semua tahu bahwa gadis kecil yang baru saja memukau dengan lagu bahasa Inggris yang dibawakannya rupanya hanya sekedar hapal.Bahkan satu kata dan kalimat sederhana dalam bahasa Inggris pun rupanya ia tidak tahu.

Davy meneruskan kisahnya bahwa acara itu selesai diselenggarakan. Beberapa orang kaum muslimin yang turut hadir kemudian pergi ke masjid terdekat untuk shalat Zhuhur berjamaah. Davy ikut serta dalam shalat Zhuhur tersebut. Saat shalat usai dan kaum muslimin berdoa kepada Allah Swt., maka Davy mendengar ada seorang pria Aceh berusia tua yang duduk di belakang sambil berdoa dengan suara terisak-isak.

Kakek itu menengadahkan wajahnya ke langit. Tangannya terangkat sedemikian tinggi. Tubuh berguncang, air mata menetes deras dan dengan suara terisak yang menyayat hati setiap orang yang mendengarnya.  Lama sekali kakek itu berdoa dan menangis di hadapan Tuhannya. Hingga muncullah simpati Davy yang membuat ia tergerak untuk menghibur kakek yang terlihat sedih tadi. Davy pun datang menghampiri.

"Pak., kita orang beriman harus bersabar ya atas ujian yang Allah berikan. hidup ini tak selalu bahagia, ada kalanya Dia Swt berikan ujian kepada kita agar kita selalu mawas diri!" demikian ujar Davy kepada kakek itu. Masih dengan tubuh berguncang dan suara terisak kakek itu mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju. Davy pun kini mengusap-usap punggung sang kakek untuk meredam tangis dan gejolak emosi. Alhamdulillah, usaha Davy sedikit berbuah hasil. Kakek tersebut sudah mulai agak tenang.

Davy lalu bertanya kepada kakek itu, "Memangnya berapa orang anggota keluarga kakek yang menjadi korban Tsunami tempo hari?" Dengan terbata-bata sang kakek menjawab,"Alhamdulillah, semua keluarga saya selamat. Tidak satupun Allah Swt ambil lewat peristiwa Tsunami."

Masih ingin tahu lebih jauh, Davy bertanya lagi,"Mungkin harta atau usaha atau kendaraan bapak hanyut dan hilang disapu Tsunami?!" Sang kakek menjawab, "Alhamdulillah tidak satu pun yang Allah Swt ambil dari saya lewat Tsunami!" Kini Davy menjadi bingung dan bertanya membatin mengapa kakek ini menangis tersedu. Hal itu pun ia utarakan dalam sebuah tanya, "Lalu apa yang membuat kakek menangis seperti ini andai tidak 1 pun Allah Swt ambil lewat Tsunami?!"

Kini sang kakek menatap wajah Davy dengan dalam. Mimik kesungguhan tergurat di wajahnya. Sang kakek bertanya kepada Davy, "Apakah Anda tidak melihat penampilan seorang gadis kecil Aceh yang menyanyikan lagu berbahasa Inggris?!""Ya, saya lihat!" jawab Davy. "Apakah Anda melihat seorang pria bule yang bertanya kepada gadis itu dengan bahasa Inggris?!" tanya Kakek lagi. "Ya, saya lihat!" jawab Davy."Apakah Anda menyimak jawaban gadis kecil tersebut?!" tanya kakek.

"Ya, gadis itu tidak bisa menjawab pertanyaan pria tadi, padahal sebelumnya ia bernyanyi lagu berbahasa Inggris dengan amat fasih!"jelas Davy.

"Ya. kejadian itu membuat kt semua tertawa terbahak2 saat kt menyadari bhw gadis kecil itu tdk bs sama sekali brbahasa Inggris.

Rupanya ia hanya menghapal, dan apa yang ia nyanyikan bisa jadi tidak ia pahami." sang kakek menambahkan.

"Kejadian itu sungguh adalah sebuah peringatan bagi saya. Sebuah peringatan bagi saya yang sudah Terlupa atas tugas yang Allah Swt titipkan kepada saya." tambah Kakek.

"Maksud bapak.?!" tanya Davy mengejar.

"Teguran yg Allah berikan kepada saya hari ini jauh lebih hebat daripada tegurannya yang bernama Tsunami.Dalam tempo hanya beberapa belas menit, Tsunami telah melenyapkan hampir seluruh harta dan jiwa yang dimiliki oleh rakyat Aceh.Namun teguran Allah Swt yang diberikan kepada saya ini boleh jadi akan melenyapkan semua kebahagiaan saya., tidak hanya di dunia bahkan mungkin hingga akhirat!" terang sang kakek.

Davy hanya terdiam. ia masih belum mengerti. Ingin sekali ia menyimak dengan seksama apa yang akan dijelaskan oleh sang kakek.

Sang kakek pun menambahkan, "Peristiwa gadis itu menyadarkan saya bahwa sang gadis tidak memahami apa yang ia nyanyikan. Kejadian itu membuat semua orang yang hadir tertawa terbahak saat menyadarinya. Kini usia saya sudah lebih dari 60 tahun, dan saya tahu mungkin waktu kematian saya sudah tak lama lagi.

SETIAP HARI SAYA SHALAT, BERDOA & MEMBACA AL QURAN. NAMUN APA YANG SAYA BACA DAN HAPALKAN HANYA SEDIKIT YANG BISA SAYA MENGERTI. SAYA TAK UBAHNYA SEPERTI GADIS KECIL TADI.. MUNGKIN SAAT SAYA MATI DAN BERADA DI DALAM KUBUR.., MALAIKAT MUNKAR-NAKIR AKAN DATANG KEPADA SAYA DAN BERTANYA., MAN RABBUKA., WA MAN NABIYYUKA., WA MA QIBLATUKA. WA MAN IKHWANUKA.?

SAAT ITU SAYA AKAN TERDIAM, TERPAKU DAN TIDAK BISA MENJAWAB. MUNGKIN SAYA AKAN MELAKUKAN HAL YANG SAMA DENGAN GADIS TADI. SAYA AKAN MENGGELENGKAN KEPALA DAN MENJAWAB DENGAN; MMMMMM.. SAYA TIDAK MENGERTI.

Bila hari ini kita semua tertawa atas gadis yang tidak mengerti tadi., boleh jadi nanti di kubur malaikat, setan dan iblis akan menertawakan saya sambil berkata.,Lihat ini anak manusia, 60 thn lbh dia hidup di dunia menjadi hamba Allah,namun selama itu ia tidak mengerti apa yangg Allah mau dari hidupnya!"

Kalimat terakhir itu membuat sang kakek kembali menangis tersedih. Ia tidak lagi menghiraukan Davy yang berada di sisinya. Ia menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Berulangkali kata tobat ia ucapkan kepada Tuhannya. Davy hanya tercenung, bergetar relung batinnya. Perlahan tangannya yang sedari tadi merangkul tubuh sang kakek ia lepaskan.

Kini tatapan Davy nanar. Tak terasa air mata sudah mulai mengembang di sudut matanya. Dalam batin ia berulang membaca istighfar. Ia bersyukur kepada Allah Swt yang telah memberi peringatan kepadanya., Padahal sebelumnya ia termasuk manusia yang 'terlupa'. Thanks to Davy buat kisah yang sungguh menggetarkan ini!

- Bobby Herwibowo-


-------------------
sumber

Kata Pengantar


Maafff....

Apabila kata pengantar ini terlambat
Latar belakang saya membuat blog ini sebenarnya untuk sarana mengumpulkan kisah2, cerita atau sudut pandang yang menurut saya inspiratif.

Sering kali kisah2 inspiratif ini lenyap begitu saja..padahal kisah-kisah seperti ini sering dibutuhkan
Tentunya saya berusaha semaksimal mungkin untuk menjelaskan sumber dari kisah-kisah ini.

Yaahh karena isi blog ini hampir 99.9% copy paste edit(sedikit) buat siapapun yang ingin copas juga, saya bukakan pintu lebar-lebar.

RA